TERBENTUKNYA ALAM SEMESTA
1. Teori Ledakan
Besar (Big-Bang Theory)
Teori Big Bang
yaitu teori yang bisa diterima secara ilmiah sekarang untuk menjelaskan asal
mula terbentuknya alam semesta (universe).Teori ini berbunyi:
“ Alam semesta diciptakan kira-kira 15.000.000.000 (lima
belas trilyun) tahun yang lalu,kejadiannya berawal dari meledaknya atom prima
atau atom awal (Primeval
Atom). Ledakan itu sangat besar dan dasyat yang menyebabkan berhamburannya
seluruh isi (Materi dan energi)atom prima itu ke segala arah.”
Dengan dasar teori Big Bang itu, para ahli sekarang
berhasil mereka ulang pembentukan alam semesta dari waktu ke waktu, dimulai
dari pristiwa Big Bang bahkan saat ini mereka dapat memperkirakan bagaimana
bentuk alam semesta ini beberapa abad nanti, contohnya jika Galaksi
Bimasakti (Milkyway) tempat kita berpijak dan galaksi tetangga
yang paling dekat yaitu Galaksi
Andromeda akan saling bergerak mendekat dan suatu saat mereka akan
bertabrakan.
Setelah terjadinya ledakan (big Bang), terjadilah semacam
bencana alam semesta (cosmic cataclysm). Alam semesta dipenuhi oleh bola-bola
api yang sangat panas dan padat. Dari bola-bola api inilah kemudian terbentuk
partikel-partikel dasar dan muatan-muatan energi, dari muatan-muatan energi ini
kemudian terbentuk daya-daya kekuatan di alam semesta. Daya kekuatan
alam yang diperkirakan pertama kali terbentuk adalah daya gravitasi, kemudian
daya nuklir serta daya electromagnetis.
Partikel-partikel dasar yaitu elektron, photon, neutron
dan lain-lain saling bertubrukan untuk kemudian membentuk proton dan neutron.
Selama masa ini sebagian besar energi masih berbentuk radiasi
(percikan-percikan cahaya dari bola-bola api).
Alam semesta terus mengembang dan perlahan-lahan mulai
mendingin. Pada tahap ini, inti atom hidrogen, helium dan litium mulai
membentuk. Tahap selanjutnya alam semesta mulai memasuki tahap suhu yang cukup
dingin sehingga partikel-partikel elektron yang bermuatan negatif dapat berkait
dan menyatu dengan inti-inti atom hidrogen dan helium yang bermuatan positif
untuk kemudian membentuk atom-atom yang netral.
Karena alam semesta terus membesar, kepadatannya otomatis
semakin berkurang dan suhunya juga semakin mendingin.
Proses pengembangan alam semesta terus berlanjut dengan
tingkat kecepatan yang tinggi. Daya gravitasi mulai mempengaruhi tingkat
kepadatan gas-gas yang terbentuk akibat Big
Bang, sehingga menciptakan gumpalan-gumpalan awan gas. Saat
gumpalan-gumpalan ini semakin memadat, inti gumpalan gas tersebut juga
bertambah padat berlipat-lipat dengan suhu yang juga terus meningkat panas
sampai akhirnya menyala sebagai bentuk awal sebuah bintang.
Saat semua kantong-kantong gas mengalami proses serupa
maka kelompok bintang-bintang muda ini membentuk menjadi sebuah gugusan bintang
(galaksi). Seluruh proses di atas, dari Big Bang hingga terbentuknya planet,
bintang serta galaksi berlangsung dalam kurun waktu milyaran tahun.
Seperti halnya proses pembentukan bintang-bintang yang
lain, bintang kita, yang kita kenal dengan nama Matahati (sun) juga terbentuk
dari gumpalan atau kantong awan gas. Gumpalan awan gas yang berbentuk piringan
yang sangat luas ini beterbangan berputar-putar. Bagian tengahnya mulai padat
dan memanas untuk kemudian menyala menjadi bintang sementara materi sisa
disekelilingnya saling bertumbukan, menyatu dan menggumpal membentuk
planet-planet, bulan-bulan dan asteroid. Bumi yang merupakan bagian kecil dari
material yang menggumpal ini menjadi planet ke tiga. Dengan suhunya yang relatif
lebih dingin, memungkinkan terbentuknya atmosfer pendukung kehidupan.
3. Pendukung Teori
Big Bang
Teori Big Bang ini diajukan oleh Georges
Lemaitre pada tahun 1927, dia adalah seorang pendeta sekaligus
ahli matematika dari Belgia.
Bertahun-tahun kemudian, Edwin
Hubble menetapkan teori bahwa : Galaksi-galaksi di alam semesta
ini semuanya bergerak menjauhi pusat alam semesta dengan kecepatan yang sangat
tinggi atau dapat dikatakan bahwa alam semesta ini mengembang kesegala arah.
Apa yang dikemukakan Hubble ini menguatkan teori Big Bang-nya Lemaitre.
Teori Big Bang juga memprediksikan bahwa ledakan Big Bang
telah meninggalkan seberkas cahaya radiasi ("background" radiation)
dan pada tahun 1964, Arno Penzias dan Robert Wilson berhasil menemukan radiasi
pertama ini, persis seperti yang diprediksikan dalam teori Big Bang.
4. Terbentuknya
Materi Padat
Setelah big bang sampai 300.000 tahun kemudian, bentuk
materi masih berupa gas. Dari gumpalan-gumpalan gas ini selanjutnya
bintang-bintang berukuran sangat besar mulai terbentuk tetapi hanya berusia
pendek karena kemudian meledak (supernova). Setelah meledak gas-gasnya
menggumpal lagi, menjadi padat, kemudian menyala dan terbentuk bintang-bintang
lagi yang berukuran lebih kecil,
meledak kembali, demikian terus menerus untuk beberapa
kali sampai akhirnya terbentuk materi-materi berat di inti bintang-bintang yang
meledak. Materi-materi padat inilah yang kemudian membentuk benda-benda di alam
semesta seperti yang sekarang ini seperti planet-planet dll bahkan unsur-unsur
pembentuk tubuh kita sebagian besar dari materi-materi berat ini.
Jadi, materi-materi padat dibentuk di dalam inti bintang
melalui proses fusi nuklir (peleburan / penyatuan materi nuklir) dan dimulai
dari materi-materi ringan seperti hidrogen dan helium. Sementara materi-materi
yang lebih berat seperti karbon, oksigen, nitrogen hingga besi dibentuk di
dalam inti bintang karena memang suhu dan tekanannya lebih memungkinkan.
Materi-materi ini terlempar ke luar angkasa saat bintang-bintang tersebut
meledak.
B. HIPOTESIS
“KEADAAN-STABIL”
Teori Dentuman Besar dengan cepat diterima luas oleh
dunia ilmiah karena bukti-bukti yang jelas. Namun, para ahli astronomi yang
memihak materialisme dan setia pada gagasan alam semesta tanpa batas yang
dituntut paham ini menentang Dentuman Besar dalam usaha mereka mempertahankan
doktrin fundamental ideologi mereka. Alasan mereka dijelaskan oleh ahli
astronomi Inggris, Arthur Eddington, yang berkata, “Secara filosofis, pendapat
tentang permulaan yang tiba-tiba dari keter-aturan alam sekarang ini
bertentangan denganku.
Ahli astronomi lain yang menentang teori Dentuman Besar
adalah Fred Hoyle. Sekitar pertengahan abad ke-20 dia mengemukakan sebuah model
baru yang disebutnya “keadaan-stabil”, yang tak lebih suatu per-panjangan
gagasan abad ke-19 tentang alam semesta tanpa batas. Dengan menerima
bukti-bukti yang tidak bisa disangkal bahwa jagat raya mengembang, dia
berpendapat bahwa alam semesta tak terbatas, baik dalam dimensi maupun waktu.
Menurut model ini, ketika jagat raya mengembang, materi baru terus-menerus muncul
dengan sendirinya dalam jumlah yang tepat sehingga alam semesta tetap berada
dalam “keadaan-stabil”.
Dengan satu tujuan jelas mendukung dogma “materi sudah
ada sejak waktu tak terbatas”, yang merupakan basis filsafat mate-rialis, teori
ini mutlak bertentangan dengan “teori Dentuman Besar”, yang menyatakan bahwa
alam semesta mempunyai permulaan. Pendukung teori keadaan-stabil Hoyle tetap
berkeras menentang Dentuman Besar selama bertahun-tahun. Namun, sains
menyangkal mereka.
C. EVOLUSI ALAM
SEMESTA
Naluri manusia selalu ingin mengetahui asal usul sesuatu,
termasuk asal-usul alam semesta. Berbagai hasil pengamatan dianalisis dengan
dukungan teori-teori fisika untuk mengungkapkan asal-usul alam semesta. Teori
yang kini diyakini bukti-buktinya menyatakan bahwa alam semesta ini bermula
dari ledakan besar (Big Bang) sekitar 13,7 milyar tahun yang lalu.
Semua materi dan energi yang kini ada di alam terkumpul
dalam satu titik tak berdimensi yang berkerapatan tak berhingga. Tetapi ini
jangan dibayangkan seolah olah titik itu berada di suatu tempat di alam yang
kita kenal sekarang ini. Yang benar, baik materi, energi, maupun ruang yang
ditempatinya seluruhnya bervolume amat kecil, hanya satu titik tak berdimensi.
Tidak ada suatu titik pun di alam semesta yang dapat
dianggap sebagai pusat ledakan. Dengan kata lain ledakan besar alam semesta
tidak seperti ledakan bom yang meledak dari satu titik ke segenap penjuru. Hal
ini karena pada hakekatnya seluruh alam turut serta dalam ledakan itu. Lebih
tepatnya, seluruh alam semesta mengembang tiba tiba secara serentak. Ketika
itulah mulainya terbentuk materi, ruang, dan waktu.
Materi alam semesta yang pertama terbentuk adalah
hidrogen yang menjadi bahan dasar bintang dan galaksi generasi pertama. Dari
reaksi fusi nuklir di dalam bintang terbentuklah unsur-unsur berat seperti
karbon, oksigen, nitrogen, dan besi. Kandungan unsur-unsur berat dalam
komposisi materi bintang merupakan salah satu "akte" lahir bintang.
Bintang-bintang
yang mengandung banyak unsur berat berarti bintang itu "generasi
muda" yang memanfaatkan materi-materi sisa ledakan bintang-bintang tua.
Materi pembentuk bumi pun diyakini berasal dari debu dan gas antar bintang yang
berasal dari ledakan bintang di masa lalu. Jadi, seisi alam ini memang berasal
dari satu kesatuan.
Bukti-bukti pengamatan menunjukkan bahwa alam semesta
mengembang. Spektrum galaksi galaksi yang jauh sebagian besar menunjukkan
bergeser ke arah merah yang dikenal sebagai red shift (panjang gelombangnya
bertambah karena alam mengembang). Ini merupakan petunjuk bahwa galaksi galaksi
itu saling menjauh. Sebenarnya yang terjadi adalah pengembangan ruang. Galaksi
galaksi itu (dalam ukuran alam semesta hanya dianggap seperti partikel partikel)
dapat dikatakan menempati kedudukan yang tetap dalam ruang, dan ruang itu
sendiri yang sedang berekspansi. Kita tidak mengenal adanya ruang di luar alam
ini. Oleh karenanya kita tidak bisa menanyakan ada apa di luar semesta ini.
Secara sederhana, keadaan awal alam semesta dan
pengembangannya itu dapat diilustrasikan dengan pembuatan roti. Materi
pembentuk roti itu semula terkumpul dalam gumpalan kecil. Kemudian mulai
mengembang. Dengan kata lain "ruang" roti sedang mengembang. Butir butir
partikel di dalam roti itu (analog dengan galaksi di alam semesta) saling
menjauh sejalan dengan pengembangan roti itu (analog dengan alam).
Dalam ilustrasi tersebut, kita berada di salah satu
partikel di dalam roti itu. Di luar roti, kita tidak mengenal adanya ruang
lain, karena pengetahuan kita, yang berada di dalam roti itu, terbatas hanya
pada ruang roti itu sendiri. Demikian pulalah, kita tidak mengenal alam fisik
lain di luar dimensi "ruang waktu" yang kita kenal.
Bukti lain adanya pengembangan alam semesta di peroleh
dari pengamatan radio astronomi. Radiasi yang terpancar pada saat awal
pembentukan itu masih berupa cahaya. Namun karena alam semesta terus
mengembang, panjang gelombang radiasi itu pun makin panjang, menjadi gelombang
radio. Kini radiasi awal itu dikenal sebagai radiasi latar belakang kosmik
(cosmic background radiation) yang dapat dideteksi dengan teleskop radio.
11:18 PM
|
Labels:
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
|
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Pages
Powered by Blogger.
Labels
- AGAMA ISLAM (3)
- BAHASA INDONESIA (2)
- BAHASA INGGRIS (2)
- ILMU PENGETAHUAN ALAM (2)
- ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (3)
- TIK (1)

0 comments:
Post a Comment